SEAToday.com, Jakarta - Di utara Jakarta, terdapat bangunan masjid megah yang dikenal dengan Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC). Berlokasi di Jalan Kramat Jaya Raya, Koja, masjid ini menjadi Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta. Namun, tahukah kamu kalau kawasan masjid tersebut memiliki cerita masa lalu yang kelam?

Puluhan tahun lalu, kawasan tersebut merupakan lokalisasi Kramat Tunggak yang disebut sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara pada era 1970-1999. Lokalisasi Kramat Tunggak mulanya merupakan Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramat Tunggak yang diresmikan Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin. Awalnya, lokres tersebut dibangun untuk membina pekerja seks di Jakarta yang kebanyakan berasal dari Pasar Senen, Kramat, dan Pejompongan. 

Namun, alih-alih jadi tempat pembinaan, lokasi berkumpulnya para pekerja seks di sana malah menjadi peluang bagi sejumlah mucikari untuk membujuk para pekerja seks kembali bekerja sebagai wanita penghibur. Untuk itu, masyarakat yang tinggal disekitarnya mendesak agar lokalisasi Kramat Tunggak ditutup. 

Menanggapi desakan tersebut, Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso, melakukan pendekatan dengan membentuk sebuah tim yang bertugas membuat rekayasa sosial. Sutiyoso menggagas untuk mendirikan Jakarta Islamic Centre di kawasan tersebut yang didiskusikan dalam forum bersama berbagai elemen masyarakat pada 2001. 

Mengutip Ensiklopedia Jakarta, JIC diresmikan oleh Sutiyoso pada 4 Maret 2003. JIC kini menjadi simbol keberhasilan perubahan hitam ke putih sebuah struktur sosial. Masa lalu kelam yang melekat di kawasan tersebut perlahan memudar dan bertransformasi dengan lantunan suara anak manusia melafalkan ayat-ayat Al Quran.