• Senin, 20 Mei 2024

Sejarah Awal Mula Salat Idul Fitri di Lapangan Terbuka, Siapa Perintisnya?

Sejarah Awal Mula Salat Idul Fitri di Lapangan Terbuka, Siapa Perintisnya?
para pemimpin bangsa (Soekarno, Hatta, dan lainnya) sedang Salat Idul Fitri di Lapangan Banteng | ANRI

SEAToday.com, Jakarta-Pelaksanaan salat Idulfitri di Indonesia lazim dilakukan di masjid dan lapangan terbuka. Pelaksanaan salat di masjid, sudah jelas, karena fungsi masjid adalah sebagai tempat ibadah umat muslim. Namun, pelaksanaan salat di lapangan terbuka, lebih sering ditemui saat digelarnya salat Idulfitri maupun Idul Adha. Istilahnya, lapangan tersebut khusus untuk menampung para jemaah yang akan melaksanakan salat Id.

Nah, sejak kapan umat muslim di Indonesia melaksanakan salat Idulfitri dan Idul Adha di lapangan terbuka?

Semua bermula dari seorang sosok bernama Kiai Haji Ahmad Dahlan, tokoh pendiri organisasi Islam Muhammadiyah. Kiai Haji Ahmad Dahlan pulang ke Indonesia dari Makkah membawa berbagai ilmu yang didapatnya dari negeri Arab. Tahun 1912, sosok bernama asli Muhammad Darwis itu mendirikan Muhammadiyah, yang punya misi mengembalikan kemurnian ajaran Islam sesuai pedoman Al-Quran dan sunah rasul.

Kehadiran Muhammadiyah membuat gempar, karena misinya tersebut. Kejadian yang paling melekat dalam ingatan sejarah adalah aksi Muhammadiyah memulai puasa dan lebaran berdasarkan ilmu hisab. Merangkum dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), hisab secara bahasa berarti menghitung. Seperti namanya, penentuan awal bulan menggunakan metode hisab mengandalkan hitungan falak atau ilmu astronomi.

Menggelar Salat Idulfitri di Lapangan Terbuka

Gebrakan lainnya adalah melaksanakan salat Id di lapangan sesuai sunah Rasul. Kala itu, kebanyakan penduduk menganggap salat Idulfitri hanya dapat dilakukan di rumah atau kadang di masjid jika memungkinkan. Hal ini menjadi perhatian Muhammadiyah, karena sesungguhnya jika merujuk pada contoh yang dilakukan di zaman Nabi Muhammad SAW, salat justru digelar di lapangan terbuka. Tujuannya agar seluruh Jemaah bisa berkumpul dan bersilahturahmi di satu lokasi, merayakan hari kemenangan.

Namun, hingga beliau wafat tahun 1923, ajakan tersebut belum bisa terlaksana. Baru pada tahun 1925, Muhammadiyah di bawah kepemimpian Kiai Ibrahim, berhasil menggelar salat Idulfitri di lapangan terbuka, tepatnya di alun-alun utara Keraton Yogyakarta. Saat itu, ada sekitar lima ribu jemaah yang melaksanakan salat Idulfitri.

Memicu Kemarahan Belanda 

Tentu saja hal ini tak langsung diterima dengan baik oleh semua kalangan. Kaum konservatif dan pemerintah Belanda merasa terganggu dengan hal ini. Mereka menganggap pelaksanaan salat di lapangan terbuka mengganggu ketertiban dan keamanan.

Belanda berulah. Mereka kerap menghalang-halangi, kadang membubarkan pelaksanaan salat Idulfitri di lapangan terbuka. Belanda beranggapan bahwa salat Idulfitri harus memiliki izin. Pelarangan itu disinyalir sebagai bentuk ketakutan umat Islam bersatu. Muhammadiyah tentu saja melawan.

 “Dalam kongres Muhammadiyah yang ke23 di Yogyakarta tahun 1934, diputuskan agar setiap cabang yang akan menyelenggarakan shalat 'Id di lápangan tidak perlu minta izin pada polisi, tetapi cukup memberi tahu saja. Andaikata dipaksa harus minta izin, maka permintaan izin itu cukup satu kali saja untuk selama-lamanya dan untuk seluruh Indonesia,” ujar M. Nasruddin Anshoriy Ch dalam buku Matahari Pembaruan: Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan (2010).

Mereka menekan Belanda dengan menyebut salat Idulfitri tak perlu izin, cukup pemberitahuan saja. Belanda tak ingin masalah jadi panjang, apalagi berhadapan dengan umat Islam sehingga menyetujui keputusan kongres tersebut. Semenjak itu salat Idulfitri mulai marak dilakukan hingga seluruh Nusantara.  

 

Share
Editor Choice
Ancol Gratiskan Tiket Masuk Untuk Ngabuburit selama Ramadan

Ancol Gratiskan Tiket Masuk Untuk Ngabuburit selama Ramadan

Mengenal Askida Ekmek, Tradisi Berbagi dalam Diam di Turki

Ada banyak cara bersedekah, namun salah satu yang unik ada di Turki, negeri yang mewarisi tradisi Kekaisaran Utsmaniyah atau Ottoman. Namanya Askida Ekmek.

Kuliner Khas Ramadan dari Berbagai Daerah di Indonesia

Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi dari berbagai daerah dan provinsinya. Dari tiap-tiap daerah ini banyak pula kuliner khas masyarakatnya.

Popular Post

Sejarah Awal Mula Salat Idul Fitri di Lapangan Terbuka, Siapa Per...

Muhammadiyah jadi yang pertama kali melakukan salat Idulfitri di lapangan terbuka sepanjang sejarah Nusantara.

Mengenal Askida Ekmek, Tradisi Berbagi dalam Diam di Turki

Ada banyak cara bersedekah, namun salah satu yang unik ada di Turki, negeri yang mewarisi tradisi Kekaisaran Utsmaniyah atau Ottoman. Namanya Askida Ekmek.

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun

Di tengah Kota Kuno di Mali, berdiri struktur dari lumpur terbesar di dunia, Masjid Agung Djenné, sebagai bukti sejarah perkembangan Islam di Afrika.