• Senin, 20 Mei 2024

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun
Masjid Agung Djenné, sumber: UNESCO

SEAToday.com, Djenné - Di tengah Kota Kuno Djenné di Mali, berdiri sebuah masjid unik yang menjadi salah satu bukti sejarah perkembangan Islam di tanah Afrika. Menjulang setinggi 20 m dengan luas 75x75 m2, Masjid Agung Djenné ini merupakan struktur dari lumpur terbesar di dunia.

 

Lewat sebuah festival tahunan yang diikuti seluruh masyarakat kota, bangunan masjid ini terus-menerus diperbaharui tiap tahunnya. Selama lebih dari 100 tahun, masyarakat telah beramai-ramai menjaga masjid ini agar tetap kokoh berdiri, menjadikannya sebuah warisan arsitektur dan identitas budaya masyarakat Djenné.

 

 

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun
Masjid Agung Djenné, sumber: UNESCO

Kota Kuno Djenné
Kota Kuno Djenné terletak 570 km Timur Laut dari Ibukota Mali, Bamako pada sebuah dataran banjir antar Sungai Bani dan Sungai Niger. Ditinggali sejak 250 SM, kota ini menjadi salah satu pasar utama dan titik penting perdagangan emas trans-Sahara. Sedangkan sekitar abad ke 15-16, kota ini juga menjadi pusat penyebaran Islam di Afrika. Kota Kuno Djenné saat ini tercatat dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Karakteristik dari bangunan-bangunan di kota ini adalah penggunaan tanah yang signifikan dalam konstruksinya. Sebagian besar bangunannya terbuat dari bata lumpur yang teknik pembuatannya sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Masjid Agung Djenné menjadi salah satunya.

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun
Masjid Agung Djenné, sumber: UNESCO

Desain
Masjid Agung Djenné dikatakan telah berdiri sejak abad ke-13 pada masa Raja Koi Konboro, pemimpin Djenné ke-26 sekaligus yang pertama beragama Islam. Struktur masjid saat ini merupakan bentuk rekonstruksinya yang ketiga, yang selesai pada tahun 1907, dan dapat menampung hingga 3.000 jamaah dalam aulanya.

Masjid ini memiliki gaya arsitektur Sudano-Sahel dengan material bata lumpur (adobe). Masjid ini memiliki tiga menara (minaret), dengan ratusan batang pohon kelapa (toron) menancap secara horizontal, menjaganya agar tidak runtuh. Materialnya berfungsi sebagai insulasi alami yang menjaga suhu dalam masjid ini hingga bisa 20 derajat lebih rendah dibanding suhu luarnya sahara yang panas.

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun
Masjid Agung Djenné, sumber: UNESCO

Crepissage
Dengan curah hujan yang tinggi, lapisan lumpur dari Masjid Agung ini akan terus terkikis sepanjang tahun. Karena itulah, tiap tahunnya, seluruh masyarakat akan berkumpul dalam sebuah festival yang disebut Crepissage untuk beramai-ramai memplester ulang masjid ini.

Acara ini berlangsung pada musim kering antara Desember-Mei, seringkali pada bulan April. Masyarakat akan mengambil lumpur dari sungai terdekat, dan mencampurnya dengan tanah liat, sekam padi, dan shea butter untuk meningkatkan daya tahannya terhadap air.

Setelah didiamkan selama tiga minggu, campuran lumpur akan dioleskan secara langsung menggunakan tangan oleh masyarakat ke dinding masjid. Toron yang menancap pada seluruh bagian bangunan dimanfaatkan untuk meraih bagian-bagian tinggi.

Share
Editor Choice
Ancol Gratiskan Tiket Masuk Untuk Ngabuburit selama Ramadan

Ancol Gratiskan Tiket Masuk Untuk Ngabuburit selama Ramadan

Mengenal Askida Ekmek, Tradisi Berbagi dalam Diam di Turki

Ada banyak cara bersedekah, namun salah satu yang unik ada di Turki, negeri yang mewarisi tradisi Kekaisaran Utsmaniyah atau Ottoman. Namanya Askida Ekmek.

Kuliner Khas Ramadan dari Berbagai Daerah di Indonesia

Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi dari berbagai daerah dan provinsinya. Dari tiap-tiap daerah ini banyak pula kuliner khas masyarakatnya.

Popular Post

Sejarah Awal Mula Salat Idul Fitri di Lapangan Terbuka, Siapa Per...

Muhammadiyah jadi yang pertama kali melakukan salat Idulfitri di lapangan terbuka sepanjang sejarah Nusantara.

Mengenal Askida Ekmek, Tradisi Berbagi dalam Diam di Turki

Ada banyak cara bersedekah, namun salah satu yang unik ada di Turki, negeri yang mewarisi tradisi Kekaisaran Utsmaniyah atau Ottoman. Namanya Askida Ekmek.

Kisah Masjid Agung Djenné , Masjid yang “Dibangun” Tiap Tahun

Di tengah Kota Kuno di Mali, berdiri struktur dari lumpur terbesar di dunia, Masjid Agung Djenné, sebagai bukti sejarah perkembangan Islam di Afrika.